السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Masih banyak tradisi unik dalam ritual penyelenggaraan jenazah. Saat jenazah diusung keluar rumah, serombongan orang berjalan mendahului kerenda dengan membawa 'ubo rampe' (perlengkapan) yang telah disiapkan. Salah satunya adalah lampu minyak. Ada pula yang menggunakan obor, kemenyan atau arang yang dibakar. Konon lampu itu bisa menerangi arwah menuju kuburan. Agar arwah mendapatkan jalan terang di akhirat. Meskipun ada pula pendapat, itu hanyala simbol, yang mengandung filosofis dan pesan bagi yang masih hidup, agar manusia berusaha mencari jalan terang menuju akhirat.
Adapun alasannya; tradisi itu telah diyakini memiliki pesan khusus yang bisa menolong arwah yang dimaksud.Sedangkan syariat tidak mengajarkan seperti itu. Bahkan, itu adalah tradisi orang-orang jahiliyah dahulu. Sehingga, seorang sahabat mulia, Abu Sa'id al- Khudri yang meriwayatkan 1170 hadits dari Nabi SAW pernah bewasiat kepada putranya yang bernama Abdurrahman,
"Wahai anakku, apabila aku meninggal dunia kelak, kuburkanlah aku di Baqi, jangan engkau buat tenda untukku, jangan engkau mengiringi jenazahku dengan membawak api, jangan engkau tangisi aku dengan meratap-ratap,,"
Jika tujuannya untuk mengingatkan manusia akan bekal yang bisa "menerangi" jalan di akhirat, mengapa harus dengan simbol yang ' njelimet' seperti itu. Faktanya, caraitu sama sekali tidak efektif, pesan ruhani dalam ritual itu juga tidak sampai kesasaran. Pernakah kita mendengar atau bahkan merasakan sendiri langsung, tersadar dari kelalaian dengan memperhatikan lampu yang mengiringi jenazah tersebut?
Di samping itu, tradisi ini jelas kebid'ahannya, tak ada contoh dari Nabi Muhammad SAW, dan mengundang spekulasi munculnya keyakinan-keyakinan yang sesat. Seperti, mengaitkan nasib si mayit dengan lampu yang mati di tengah jalan dan lain-lain.
Cukuplah dimengerti, bahwa amal shaleh dengan berbagai jenisnya akan meyelamatkan manusia di akhirat dan secara khusus, shalat menjadi 'nur' penerang sebagaimana hadits Nabi SAW " ashsholatu nuurun, sholat adalah cahaya yang menerangi,
Begitupun dengan hadits Nabi SAW ; Yang artinya " Berilah kabar gemira bagi orang-orang yang berjalan di belakang menuju masjid, dengan cahaya (baginya) pada hari kiamat." (H.R. Dawud, al-abani menyatakan shahih)
Maka, bagi yang ingin mendapatkan penerangan di kubur, ingin mendapat cahaya pada hari kiamat , hendaknya memperbanyak langkahnya menuju masjid, meskipun dalam kondisi gelap.
Tak hanya itu, orang yang sholat juga mendapatkan cahaya di dunia, berupa petunjuk yang dengannya dia memiliki sensor dan kepekaan terhadap dosa yang harus dihindari. Karena shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Sholat juga menjadi penerang untuk meraih tujuan dan sirnanya kesulitan. Karena Allah berfirman, " Dan mohonlah pertolongan dengan sabar dan sholat. "(Q.S. Al-baqoroh ayat 45) Wallahu a'lam
(Abu Umar Abdillah)
ar-risalah




0 comments:
Post a Comment