Wahyu tidak hanya
diturunkan untuk kalangan manusia,
tetapi juga makhluk lainnya
seperti binatang, bahkan
komunitas jin sekalipun
Lebah adalah binatang yang sangat istimewa
Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah" Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu dan di tempat-tempat yang dibuat manusia. Kemudian, makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat, yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan." (QS an-Nahl (16) : 68-69)
Pengertian wahyu menurut mayoritas Ulama sebagai informasi suci yang diturunkan Tuhan kepada para Nabi-nya melalui Malaikat Jibril. Timbul masalah ketika secara tegas Allah SWT menurunkan wahyu kepada ibu Nabi Musa, seperti tertuang di surah al-Qashash ayat 7.
kini, lebih menarik lagi karena Allah SWT juga menurunkan wahyu kepada binatang, dalam hal ini ditunjukkan kepada lebah, sebagaimana ayat di atas. Apakah binatang memiliki Nabi, sehingga Allah menurunkan wahyu kepada mereka? Atau, pengertian wahyu perlu diberi pemaknaan ulang?
Dalam kitab Al-Fashl fi al-Milal wa al-Ahwa wa al-Nahl karya Ibn Hazm az-Zhahir, jilid pertama halaman 149-159, dijelaskan panjang lebar dalam satu bab tersendiri tentang Inna fi Bahaim Rusul (sesungguhnya pada binatang ada Rasul-rasul). Di antara dasarnya ialah ayat yang disebutkan di atas bahwa lebah mendapat wahyu dari Tuhan.
Ibn Hazm juga mengemukakan sebuah hadits " Sesungguhnya Allah SWT memberitahukan kepada para Nabinya, termasuk kepada setiap jenis dari berbagai jenis hewan, hingga kepada sejenis kutu dan nyamuk." Hadits ini juga di dukung oleh ayat : " Sesungguhnya, Kami mengutus kamu dengan membawa kebenaran sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. Dan tidak ada suatu umat pun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan."
(QS Fathir (35) :(24)
Dalam ayat lain ditegaskan : "Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga), seperti kamu. tiadalah Kami alpakan sesuatu pun di dalam al-Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan." (QS al-An'am (6): (38).
Ayat-ayat dan hadis di atas dijadikan dasar oleh Ibn Hazm untuk berpendapat para nabi bukan hanya dari kalangan manusia, melainkan juga pada seluruh binatang dengan berbagai macam jenisnya. Sebagaimana halnya Nabi dari kalangan manusia berhak kepadanya wahyu, demikian pula halnya binatang. Mereka juga mempunyai Nabi dan mendapatkan wahyu sebagaimana disebut di atas. Bahkan menurut Ibn Hazm bangsa jin dan makhluk spiritual lainnya memiliki Nabi atau Rasul sebagaimana lazimnya pada setiap komunitas ciptaan Tuhan.
Kalau kita mengkaji Al-qur'an ternyata bukan hanya lebah yang disinggung memiliki hubungan interaktif dengan komunitasnya, melainkan juga binatang-binatang lain. Kita bisa memperhatikan bagaimana burung Hudhud bisa berkomunikasi interaktif dengan Nabi sulaiman, seperti dinyatakan dalam ayat." Dan sulaiman telah mewarisi Daud, dan dia berkata: Hai manusia kami telah diberi peringatan tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu. Sesungguhnya (semua) ini benar-benar suatu karunia yang nyata." (QS an-Naml (27) : (16).
Contoh lain dengan masyarakat semut, Allh SWT menjelaskan :" Maka dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdo'a :" Ya tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-nikmat-Mu yang telah engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal shaleh yang engkau ridhoi: dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang sholeh ." (QS an-Naml (27): (19). Banyak lagi contoh lain betapa binatang juga merupakan suatu komunitas (umat) di mata Allah SWT.
OLEH : Prof.Dr Nasaruddi Umar
Guru Besar
Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah
Wakil Menteri Agama RI
dialog jum'at




0 comments:
Post a Comment